Kepalsuan yang Selalu Berakhir Menyakitkan
Resensi Novel Pukul Setengah Lima

by : Silvana (kelas 9)

Judul buku               : Pukul Setengah Lima
Penulis                     : Rintik Sedu (Nadhifa Allya Tsana)
Editor                       : Anastasia Aemilia
Penerbit                   : Gramedia Pustaka Utama
Tempat diterbitkan   : Jakarta
Jumlah Halaman      : 208
Ukuran Buku            : 13,5 cm x 20 cm
ISBN                        : 9786020672748

Pukul Setengah Lima adalah salah satu dari sekian banyak buku populer yang ditulis oleh Rintik Sedu. Rintik Sedu merupakan nama pena dari penulis muda berbakat, Nadhifa Allya Tsana yang biasa dikenal dengan Tsana. Karya-karya Rintik Sedu telah terpampang di rak-rak buku best seller dan bahkan ada pula yang berhasil diadaptasi menjadi sebuah film. Rintik Sedu sudah menulis buku-buku terkenal seperti Geez & Ann (2017), Kata (2018), Buku Minta dibanting (2020), dan Buku Minta Disayang (2021). Sang penulis bercerita bahwa novel Pukul Setengah Lima ini terinspirasi dari kejadian yang Ia alami saat Ia merasa ingin menjadi orang lain.

Novel Pukul Setengah Lima karya Rintik Sedu menceritakan tentang seorang gadis bernama Alina yang membenci kehidupannya. Alina selalu merasa hidupnya dipenuhi dengan kesialan yang tidak pernah berhenti, dan segala yang terjadi tidak pernah berjalan sesuai dengan keinginannya. Hal-hal tersebut berkaitan dengan dua pilar besar kehidupan yaitu percintaan dan hubungan keluarga. Sampai pada akhirnya, Alina bertemu dengan Danu. Danu mengubah Alina menjadi seseorang yang berbeda dari Alina yang membenci kehidupannya.

Danu menunjukan perhatian kepadanya. Sampai pada akhirnya setelah pertemuan itu Alina memutuskan untuk mengubah identitasnya menggunakan nama ibunya, yaitu Marni. Ia berharap dengan menggunakan nama tersebut kesialan Alina tidak menimpanya kali ini. Alina dan Danu pun mulai membangun hubungan, Selama menjalin hubungannya dengan Danu, Alina kerap teringat dan membandingkan sosok Danu dengan mantannya yang ‘tak pernah salah’, Tio. Alina sendiri pun mulai merasa nyaman dan bahagia dengan kehidupannya sebagai Marni. Namun perasaan bersalah dan dilema kian menghantui Alina karena telah membohongi Danu.

Selain sebuah kepalsuan dan lingkungan keluarga yang hancur, Alina juga mempunyai rekan kantor yang menjalani kisah cinta anti mainstream, menjalin hubungan dengan atasannya, Pak Farid, lelaki yang sudah beristri. Itulah Siti, sahabat Alina. Menceritakan Danu pada Siti adalah sesuatu yang membuat Alina merasa berbeda dari dirinya yang biasa. Sayangnya, belum lama Alina menceritakan hubungannya, Danu menghilang begitu saja. Kepalsuan yang dilakukan kepada Danu memberikan rasa yang besar bagi Alina untuk melakukannya lagi. Alina tidak mencari, tetapi Ia hanya mempertanyakan kenapa Danu menghilang begitu saja dan menciptakan kepalsuan berikutnya.

Tema yang diangkat dari novel Pukul Setengah Lima karya Rintik Sedu adalah sebuah kepalsuan. Kepalsuan yang diciptakan tokoh Alina menggambarkan kebahagiaan lain yang hadir saat Ia menjadi orang yang berbeda untuk menutupi kesedihan dan kesialan dirinya yang asli. Alina membenci kehidupanya, sifat yang sangat tebal ditunjukan oleh penulis. Kebencian tersebut mulai terbangun setelah sikap Ayah Alina yang secara tiba-tiba berubah menjadi ‘sakit’ secara mental. Ayahnya kerap memukuli Alina dan Ibunya, serta memiliki kebiasan buruk, yaitu mabuk-mabukan.

Novel Pukul Setengah Lima menyuguhkan latar tempat Kota Jakarta pada pagi dan sore hari. Bagi Alina, Jakarta dengan hiruk-pikuknya jauh lebih baik dari pada rumah. Jakarta memang keras dan selalu terlihat sibuk, tapi setidaknya Jakarta membuat Alina ingin terus berlama-lama dan diam menghentikan waktu dibandingkan harus pulang ke rumah yang malah menyakiti batinnya. Pukul setengah lima sore hari di dalam bus ketika Alina hendak pulang dari kantornya adalah saat pertama kali Alina bertemu dan menjalin hubungan dengan Danu, serta juga sebuah akar dari kebohongan dan kepalsuan yang membebaskan dirinya sejenak dari kesedihannya sebagai Alina.

Novel Pukul Setengah Lima karya Rintik Sedu tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Novel ini memiliki cerita yang menarik sehingga membuat pembaca penasaran. Pembaca seolah-olah dibawa ke dalam masa lalu dan masa kini oleh ingatan Alina tentang pacar lamanya, yaitu Tio. Tio selalu ada dan menjadi sarana Alina untuk berevaluasi dari kejadian-kejadian yang terjadi di hidupnya. Tidak jarang pembaca akan berspekulasi bahwa Alina sebenarnya masih menyukai Tio. Selain Alur cerita yang sangat menarik, novel ini juga mampu menyentuh hati para pembaca. Cerita yang mudah dipahami dan relatable bagi banyak kalangan membuat novel ini seakan-akan mengerti keadaan hati dan keinginan seseorang untuk memiliki keadaan yang sama seperti Alina, yaitu identitas baru.

Selain kelebihan, novel Pukul Setengah Lima karya Rintik Sedu juga memiliki kelemahan di dalamnya. Salah satunya adalah alur cerita yang cenderung klise. Novel ini mengangkat tema keluarga, percintaan dan persahabatan yang sudah sangat umum diangkat dalam penulisan novel-novel lainnya. Nilai-nilai yang dapat diambil dari novel Pukul Setengah Lima karya Rintik Sedu ini adalah keluarga merupakan alasan dan dasar utama untuk kebahagian seseorang. Jangan mudah tergoda dan terjerumus dalam nikmatnya kepalsuan, karena akan ada dua kemungkinan akibat dari sebab yang dibuat, yaitu kebohongan akan menyelamatkannya atau malah mendatangkan kesialan dalam hidup. Selain itu, novel ini mengajarkan pembaca mengenai pentingnya mencintai diri sendiri, dan menerima diri apa adanya. Kekurangan dan kelebihan diri kita adalah warna-warni yang menghiasi kehidupan. Kunci menemukan kebahagiaan sejati adalah dengan mencintai diri sendiri terlebih dahulu.