Saat Ketidakadilan Membawa Penyesalan
Resensi Buku Katanya Kembar
By; Fanuel (Kelas IX A)
Judul buku : Katanya Kembar
Penulis : Mabel (Okta Syifa Salsabila)
Ilustrator : Jeasy Art
Editor : Ikhwan Pahri
Penerbit : PT Tekad Media Cakrawala
Tempat diterbitkan : Depok
Edisi : Cetakan Ketiga, April 2025
Jumlah Halaman : 272
ISBN : 9786231015471cc
Katanya Kembar adalah sebuah karya populer yang ditulis oleh Mabel. Mabel merupakan nama pena dari penulis muda yang sangat berbakat, Okta Syifa Salsabila atau yang biasa dikenal dengan Abel. Karya Mabel ini telah menarik perhatian berbagai orang karena dianggap relate dengan kisah hidup mereka yang seringkali diperlakukan berbeda oleh keluarganya. Serta sang penulis pun menceritakan bahwa inspirasinya menulis buku ini adalah kisah pengalaman orang-orang yang seringkali mendapatkan perlakuan berbeda dari keluarganya.
Novel Katanya Kembar karya Mabel menceritakan tentang dua bersaudara yaitu Rian dan Bian yang diperlakukan berbeda oleh kedua orang tuanya. Yang bernama Jaksa dan Yolanda. Bian selalu dibanggakan karena prestasi akademiknya. Sementara Rian yang merupakan pecinta seni lebih sering mengalami kekerasan oleh orang tuanya, karena kekurangannya dalam bidang akademik.
Rian yang memiliki penyakit tuberculosis harus menjalani pengobatan bersama Dr. Jay dan Rian yang cenderung bersifat pendiam dan seringkali dibully oleh geng The King’s Man. Bahkan pernah pada suatu siang di sekolah, nyawa Rian hampir melayang, karena fitnah yang ditujukan padanya atas kasus pemerkosaan Inara, padahal dalang dibaliknya adalah geng The King’s Man dan sahabat baiknya, Heksa. Walaupun masalah tersebut akhirnya berhasil diselesaikan oleh Bian dengan menuntut Inara menjelaskan dan membuat video klarifikasi mengenai masalah tersebut lalu diunggah ke media sosial sehingga membersihkan cap buruk terhadap Rian. Serta bersamaan dengan hal itu hubungan persaudaraan mereka pun kembali membaik.
Walaupun kedua orang tua Rian, tidak terlalu memperhatikan Rian dibandingkan dengan perhatian yang diberikan Bi Ana. Namun, pada akhirnya keluarganya tersadar dan memunculkan kembali rasa hangat di dalam keluarganya dan hal ini disambut oleh rasa ikhlas memaafkan dari Rian. Akan tetapi, kebahagiaan itu ternyata hanya berlangsung sebentar saja. Keluarga Rian, digemparkan oleh kabar duka atas kematian mendadak Rian dalam perjalanannya bersama Bian di Gunung Lawu, hal ini menimbulkan luka mendalam dan nama Rian akan selalu terpatri di sebuah sudut hati keluarganya.
Tema yang diangkat dari novel Katanya Kembar karya Mabel adalah kesedihan, kesendirian dan keterpurukan. Kesedihan yang tercipta atas perlakuan kasar dan rasa benci, orang tuanya saudaranya. Kesendirian yang ada karena tidak ada keluarga ataupun sahabat yang sungguh-sungguh mengasihi Rian. Serta keterpurukan yang muncul karena lelah atas kerasnya hidup.
Novel Katanya Kembar terjadi di era modern. Dengan menyuguhkan latar tempat Kota Jakarta yang seringkali muncul pada waktu siang hari. Akan tetapi, bagi Rian, rumah Oma dan Opa di Bandung lebih baik daripada rumah dengan segala kekacauannya. Bandung, terkadang terlihat sepi dan sunyi, tapi hal itu tidak menimbulkan rasa sendiri bagi Rian, melainkan rasa nyaman. Hal ini, membuat Rian ingin berlama-lama bahkan menghentikan waktu sejenak dibanding harus pulang ke Jakarta yang terus menerus menambah lukanya.
Luka Rian yang disebabkan oleh keluarganya tidak hanya luka batin, tetapi juga fisik. Karena, orang tua Rian seringkali berlaku kasar pada Rian karena mencintai seni dan kemampuan akademik Rian tidak sehebat Bian. Apalagi ayahnya Rian seringkali berlaku kasar pada Rian, karena trauma sang ayah yang muncul pada saat kecil, dimana pada umur 17 tahun saudara kembarnya Jericho, tiada. Hal ini, membuat trauma sang ayah tersalurkan saat memiliki anak kembar, dengan memberikan tuntunan akademik berlebihan pada Rian yang lebih menyukai seni.
Novel Katanya Kembar karya Mabel tentunya memiliki kelebihan dan kelemahan. Novel ini memiliki cerita yang unik dan menarik perhatian untuk terus dibaca, karena rasa penasaran yang muncul terhadap permasalahan apa lagi yang akan dihadapi Rian. Pembaca juga seolah dibawa melintasi ruang dan waktu untuk merasakan menjadi Rian yang diperlakukan berbeda oleh keluarganya. Novel ini sangat menyentuh pembaca dengan alur menyayat hati yang disajikan dan seringkali relate dengan kisah hidup beberapa orang.
Selain kelebihan, novel Katanya Kembar karya Mabel juga memiliki kelemahan di dalamnya. Beberapa diantaranya adalah kurangnya pengecekan penulisan, sehingga menyebabkan banyak kata yang kurang huruf atau tidak berhubungan dengan kalimat yang disajikan. Novel ini juga mengangkat kisah tentang trauma yang menyebabkan kebencian dan menimbulkan trauma baru. Namun, penyelesaian masalah dari kisah di dalam Novel ini seringkali kabur dan tidak mudah dipahami.
Nilai-nilai yang tentunya dapat diambil dari novel Katanya Kembar karya Mabel ini adalah teruslah memaafkan dan meninggalkan rasa benci. Jangan selalu terlarut dalam masa lalu dan trauma, sehingga diri kita memberikan perlakuan tidak baik pada orang-orang tersayang. Selain itu novel ini juga mengajarkan untuk membuka lembaran baru, lalu menulis kisah baru dan menutup lembaran lama yang penuh coretan. Karena, kunci menemukan kebahagian dalam kisah baru adalah berusaha untuk tetap memaafkan dan menghilangkan rasa benci.