APOSTOLIC JOURNEY: Faith, Fraternity, Compassion
By: Mr. April
SMP Ignatius Slamet Riyadi, Karawang (SMP ISR) mendapatkan kuota untuk ikut serta dalam Misa Pontifikal yang akan di pimpin oleh Bapa Paus Fransiskus pada 5 September 2024 di Gelora Bung Karno (GBK). Perjalanan apostolik Bapa Paus ini merupakan kunjungan kenegaraan sekaligus bagian dari peziarahan iman umat Katolik di Bumi Indonesia. Maka misa menggunakan protokol negara yang sangat ketat. SMP ISR harus mematuhi rangkaian protokol keamanan negara agar ketika pelaksanaan berjalan dengan lancar, mulai dari pembagian bus, pembagian kelompok dengan liason officer dari guru, serta cara tertib saat kegiatan.
Seluruh siswa-siswi SMP dan SMA ISR yang beragama Katolik berkumpul di depan gerbang perumahan Resinda dengan naik 3 (tiga) bus. Rombongan berangkat pukul 08.30 WIB dan tiba di GBK pukul 10.30 WIB. Ada insiden tidak terduga ketika kami tiba di GBK karena 1 (satu) bus turun di pintu yang salah, sedangkan bus yang lain ikut mengantri menurunkan di pintu 10 GBK. Alhasil, rombongan Bus 2 harus berjalan kaki memutar setengah dari kompleks GBK. Rasa letih dan lelah ditengah panas terik dan hiruk pikuk kota Jakarta terungkap oleh siswa-siswi. Namun hal ini justru menjadi ceritera tersendiri dan membuat dinamika perjalanan begitu menyenangkan bagi mereka. Pengalaman perjumpaan dengan polisi yang menjaga di sepanjang jalan, petugas kebersihan, dan sebagainya menjadi momen bagi mereka untuk saling menyapa dan bercanda bersama. Hal ini meningkatkan implementasi iman dan kepekaan (bela rasa) siswa-siswi SMP ISR. Setelah berhasil masuk, kami menuju Gedung Madya GBK dan duduk sesuai nomor kursi pada gelang. Bersyukur bahwa SMP ISR duduk dekat dengan jalan de ville Paus Fransisku. Panas terik siang hari menemani kami semua yang menunggu kedatangan Paus Fransiskus. Sambil melihat penampilan dari berbagai pihak serta juga berdoa rosario, kami menunggu kedatangan Paus. Uniknya hujan turun dengan deras, semua menggunakan jas hujan, namun berkat kekuatan doa 10x Salam Maria, hujan berhenti! Suatu mukjizat dari doa-doa orang yang berharap pada Tuhan.
Setelah tiba, Paus melakukan de ville mengelilingi Gedung Madya. Seluruh umat yang hadir, termasuk juga seluruh siswa-siswi SMP ISR ikut bersorak “Viva il Papa, viva Papa Francesco. Welcome to Indonesia Papa Fransesco. Bienvenido Papa Fransesco.” serta lagu “Kristus Jaya, Kristus Mulia. Kristus, Kristus Tuhan kita.” Selama de ville beberapa siswa-siswi SMP ISR menangis terharu karena pada akhirnya bisa melihat secara lebih dekat dengan Paus Fransiskus yang selama ini hanya disaksikan melalui media sosial. Setelah itu dilanjutkan dengan Misa Pontifikal bersama Paus Fransiskus. Sayangnya homili Paus di Gedung Madya tidak ada terjemahan. Namun bila disimpulkan kurang lebih Paus berpesan untuk menjadi murid Yesus harus memiliki sikap untuk mau mendengarkan sabda dan menghidupi sabda. Bukan hanya sekedar mendengar sabda yang dapat membuka diri kita kepada Tuhan tetapi juga menjadi pendengar yang membuat sabda itu masuk ke dalam hati dan mengubah hidup kita. Di tengah manusia yang selalu mencari kebenaran dan memuaskan hasrat kebahagiaannya dengan penilaian duniawi, maka sabda menjadi terang yang menyinari langkah kita. Di tengah kekacauan dan kefanaan kata-kata manusia, sabda Allah menjadi kompas bagi perjalanan kita. Di tengah begitu banyak luka dan kehilangan yang menuntun kita pada arti kehidupan yang sejati. Paus Fransiskus juga menekankan seluruh umat untuk menghadapi panggilan hidup umat Katolik Indonesia untuk membangun masyarakat yang adil, membuka jalan perdamaian dan dialog. Meskipun usaha itu tampak akan gagal dan sangat sulit, tetapi Paus meminta umat untuk meneladan Sta. Teresa dari Kalkuta, “ketika kita tidak memiliki apa pun untuk diberikan, hendaklah kita memberikan ketiadaan itu, dan ingatlah, bahkan ketika kamu tidak menuai apa-apa, jangan pernah lelah menabur.”
Setelah selesai mengikuti misa, seluruh peserta didik yang mengikuti misa berbaris untuk pulang sambil menunggu bus. Ketika pulang, siswa-siswi SMP ISR kompak untuk mengucapkan terima kasih sambil menyapa petugas keamanan, tim kebersihan, volunteer, tim medis, tim pemadam kebakaran, dan sebagainya. Selain menanamkan intelektual, SMP ISR juga menanamkan karakter peka, peduli pada sesama, dan rasa terima kasih. Siswa-siswi SMP ISR diajarkan untuk hidup bagi orang lain adalah aturan alam. Kita dilahirkan untuk saling membantu, tidak peduli betapa sulitnya. Bagaikan matahari yang tidak bersinar untuk dirinya sendiri dan bunga yang tidak menyebarkan keharumannya untuk dirinya sendiri, maka orang lain bisa bahagia meskipun hanya dengan senyuman, sapaan, dan ucapan terima kasih. Dalam perjalanan rasa lelah menyelimuti semua orang yang ikut. Namun rasa bangga bisa ambil bagian ikut misa yang dipimpin oleh Paus Fransiskus mengalahkan segalanya. Betapa tidak, karena hal ini mungkin akan terjadi hanya satu kali dalam seumur hidup siswa-siswi maupun para guru. Setelah itu kami mengantri bus, dan baru berangkat dari GBK sekitar pukul 21.00 WIB dan tiba di Karawang sekitar pukul 23.00 WIB. Sungguh peziarahan iman, harapan, dan bela rasa terjadi pada hari ini.